"Kenapakah Anaknya Orang Dipersoalkan Tetta"
PARONDA :
Puang : Untung datangki tetta, ada hal mau kubicara-bicarakan.
Tetta : Apa sedeng puang, seriuski ini kurasa.
Puang : Bukanji anu serius tetta, cuma soal kata-katanya dua orang pejabat penting di Makassar yang bikin geleng kepalaku.
Tetta : Anu serius itu puang, karena na bikin geleng-geleng kepalata. Apakah na bilang puang
Puang : Sebelumnya, Walikota Makassar bilang bagi masyarakat yang masih miskin, sebaiknya janganmi bikin anak banyak-banyak.
Tetta : Terus siapa lagi satunya puang.
Puang : Ah, Sekda Sulsel juga bilang begitu, na bilang, orang yang hidup miskin tapi banyak anaknya, bisa-bisa hanya mewariskan kemiskinan.
Tetta : Awwe, bisanya itu dua pejabat teras bilang begitu puang.
Puang : Itumi herangku saya tetta, karena tidak pantas kurasa kalau pejabat bilang begitu.
Tetta : Astaga, bisanya itu ada ucapan begitu. Ka samaji menghina orang miskin ini kurasa-rasa saya puang.
Puang : Kurasa tidakji iya na menghina itu tetta, cuma na bikin sakit hatinya orang miskinka kamase.
Tetta : Ba cocoki puang
Puang : Itumi saya maksudku, jangan bahas2 yang begitua tetta, ka kalau banyak anaknya orang, dia tonji yang uruski.
Tetta : Baru lagi, orang yang lahir itu kan nabawa sendiriji rezekinya.
Puang : Nah Itumi intinya tetta, kenapakah dipusingin anaknya orang, na tidak nasusasijako anu.
Tetta : Ba tawwa, cocoki puang. Tapi barangkali karena yang bicarayya ini pejabat, jadi haruski na sampaikan, sebagai bagian dari progranna pemerintayya untuk menekan pertumbuhan penduduk.
Puang : Tapi banyakji itu kata-kata yang bisa dipake tetta, tidak kasar-kasar begitu.
Tetta : Khilafki kapang tawwa puang.
Puang : Kalau begitu perlu itu minta maaf, sekalian bagi-bagi sembako. He...he....he...
Posting Komentar untuk ""Kenapakah Anaknya Orang Dipersoalkan Tetta""