🔊 media online postkotamakassarnews.com, media sipakatau, media sipakainga', "pada idi pada elo, sipatuo sipatokkong           🔊 Dalam menjalankan tugas jurnalistik, seluruh wartawan media online postkotamakassarnews.com dibekali dengan Tanda Pengenal. Harap tidak melayani oknum-oknum yang mengatas namakan media online postkotamakassarnews.com tanpa dilengkapi Tanda Pengenal           🔊 Segala tindakan pelanggaran Hukum yang dilakukan oleh wartawan media postkotamakassarnews.com, menjadi tanggaungjawab yang bersangkutan

Naskah Teater Mencari Nakhoda

 


Naskah Teatrikal


Persembahan Bengkel Seniman Makassar (BENGSEMA)


"Mencari Nakhoda"

Naskah/Cerita : Yusuf Adam Ismail 


Musik : pakkanjara/pui-pui

              Rall


Adegan I : (Tetta memasuki pentas )


TETTA : Assalamu Alaikum Wr.Wb…

penonton…. Oe penonton…. Saya ini sekarang seolah-olah berada di atas kapal yang sedang berlayar. Kapal ini sangat besar penonton. Umsini atau Kambuna ah tidak ada apa-apanya. Kapal Van der Wijck atau Titanic saja, ai janganmi dihitung ka tallangmi, Kapal pesiar super mewah saja macam Harmony of the sea atau Simfony of the sea saja, kacil. Kaleng-kaleng.

Kapal ini penonton, sekarang saja sudah memuat 270 juta orang penumpang. Bahkan bisa lebih. Tapi sekarang ini kurasa-rasa lebihmi, karena sudah terlalu banyak penumpang gelap yang terang-terangan keluar masuk menjadi penumpang di Kapal ini melalui perahu-perahu siluman, tanpa bisa dihambat sama sekali, Hem. 

(Kapal tiba2 oleng hebat) ….Njo..olengmi….ta'tilmmi….oh male..

Ah, itu juga cuma seolah-olah lagi penonton, tapi lanjut saja.(terhuyung-huyung)

Manaikah i baso ini….


TETTA : Baso … Oo baso … dimanako baso … baso… 


(Baso muncul terhuyung-huyunt)


BASO : Iye tetta, hati-hati tenta, pegangki di pagarka, jangan sampai jatuh ke laut.


TETTA : Tenang Baso, jangan panik, sekencang apapun badai menerjang, dia pasti akan berlalu Baso.


BASO : Tapi goncangan ini tambah kencang ini kurasa Tetta, padahal tidak adaji badai kuliat.


TETTA : Guncangan di kapal ini, bukan karena badai Baso, tapi karena ada lagi rombongan penumpang gelap yang disusupkan naik ke kapal ini. Cobalah tengok ke lambung kapal Baso.


BASO : Betul Tetta, Wah banyak sekali, matanya sipit-sipit lagi Tetta.


TETTA : Itulah rombongan penumpang-penumpang gelap yang membuat kapal ini menjadi terguncang dan oleng Baso.


BASO : Tapi kenapa, kenapa dibiarkan begitu saja Tetta. Kenapa tidak dihambat oleh para sekuriti kapal Tetta.


TETTA : Jangankan para sekuriti, sang Nakhoda dan para Muallim saja sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi Baso. Pelayaran kita kali ini,  memang sudah berbeda Baso. Sudah dua priodemi sejak kita meninggalkan pelabuhan tempo hari, pelayaran kapal ini, arahnya semakin tidak karuan saja Baso.


BASO :  Itumi Tetta, kenapa para penumpang saat ini kelihatannya mulai gelisah, mereka khawatir pelayaran ini tidak bisa sampai di pelabuhan yang dituju.


TETTA : Sewaktu kapal ini meninggalkan pelabuhan, tujuan pelayaran kita memang jelas, pelabuhan-pelabuhan persinggahan pun jelas, tapi makin kesini, kurasa-rasa, kapal ini sepertinya mau berubah haluan.


BASO : Angngapa na kamma. Kenapa bisa begitu Tetta. 


TETTA : Itulah Baso, dan kalau ini dibiarkan, tallangki kalebbakanna Baso. Kapal ini akan terhempas dan tenggelam, karena terlalu banyak penghianat.


BASO : Jari apamo lanigaukang, apa yang bisa kita perbuat Tetta…


(Musik : Suara gaduh orang banyak)


TETTA : Ada suara keributan Baso, Cini sai beng, coba tengok.


BASO : Baik Tetta 


(Baso bergegas meninggalkan tempat. Sesaat masuk i Basse bersama I Nandong, bergerak kesana kemari)


TETTA : Oe Basse…Nandong, ada apa, angngapa nulingu, kenapa panik.


BASSE 1 : Bahaya Tetta, para penumpang di kapal ini mulai ribut.


NANDONG : Iya Tetta, para penumpang mulai ribut berebut makanan Tetta.


TETTA : Subhanallah, semoga tidak terjadi yang lebih parah.


BASSE 2 : Iya Tetta, para penumpang dek atas sudah saling sikut-sikutan, saling menyalahkan, tenamo kabajikang, assipagea puara'mi na Tungka Tetta.


BASSE 1 : Tetta, kalau begini,  lebih baik kita cari tempat sembunyi, cari aman Tetta.


TETTA : (menengot ke atas sejenak) Tenang …. Basse, tidak ada tempat untuk bersembunyi di atas kapal yang oleng. Dimana pun kita sembunyi, jika kapal ini karam, Manna cokko tawwa, amminawangji tallang bubburu.


NANDONG : Jari apa la nigaukan Tetta, apa yang bisa kita perbuat.


(Musik : Suara gaduh kembali terdengar.)


TETTA : Apaseng anjo, semakin gaduh saja tampaknya.


(Baso tergopoh-gopoh masuk ruangan)


BASO : Tetta … Tetta … bahaya.


TETTA : Ada apa Baso, kenapa bahaya.


BASO : Para penumpang dek bawah ribut, mereka melakukan aksi demo, minta Nakhoda kapal diganti.


BASSE 2 : Tapi kapal ini sedang berlayar, bagaimana bisa mengganti Nakhoda ditengah lautan lepas.


NANDONG : Inimi saya kutunggu-tunggu Tetta, permisi Tetta, saya mau ikut bergabung demoii nakhodayya.


TETTA : Oe Nandong, tunggu. Teako kajili-kajili. 


NANDONG : Tapi musti membantua tawwa Tetta.


TETTA : Sannangko … harap tenang. Pilajari Pinassai, apakah para penumpang yang demo di bawah sana itu adalah kawan. Mana tau adalah lawan berlagak kawan, Cilakaji nugappa, mate jangan dikayu jako Nandong. Jadi begini, coba kalian tengok skoci-skoci di kapal ini.


(Mereka bertiga menengok ke bawah)


BASO : Awwe, kenapa begini pemandangannya Tetta.


BASSE 1 : Skoci-skoci disini penuh dengan bungkusan barang Tetta.


NANDONG : (Ditempat berbeda) Skoci-skoci di sebelah sini penuh dengan orang bersembunyi di dalamnya Tetta. 


TETTA : Ini sudah jelas, ada yang mau merampas kapal ini, kapal yang dulu dibangun dengan tetes keringat, tetes darah dan air matanya nenek-nenekta


BASSE 2 : Saya tau sekarang Tetta, orang-orang yang bersembunyi di dalam skoci itu itulah yang akan merampas kapal ini.


BASSE 1 : Dan mereka baru akan keluar kalau sudah terjadi kekacauan dimana-mana.


NANDONG : Ini jelas gara-gara sang Nakhoda kapal yang memberi jalan. Dia harus bertanggung jawab….. Basse … Baso, kita cari sang Nakhoda.


(Keempatnya bergegas meninggalkan ruangan.)


TETTA : Hari ini kusampaikan kepada semua bija pammanakan, sambori sampa'rasanganta, punna tenamo takammana, na narapi'mo rapi'na,  manna angin barubu manggulung ri Tompo dolangang, patajai gulinnu, paentengi sombalanu, nanusipuliang pa'mai kuntu tojennu.


(Hari ini kusampaikan kepada seluruh kerabat dan sanak saudara, sebangsa dan setanah air, bila tak lagi ada pilihan, dan waktunya telah tiba, walau badai topan menghadang di tengah samudera, genggamlah dayung dan tegakkan layarmu, lalu terjanglah hingga tarikan nafas terakhir bersama kebenaran yang ada di hatimu)


Musik : pakkanjara/rall


(Baso, Basse 2, bergegas muncul kembali)


TETTA : Ngapai, apa yang terjadi.


BASO : Celaka Tetta


TETTA : Ada apa Baso


BASSE 2 : Kapal ternyata sudah dikuasai oleh para perompak Tetta. Seluruh ruangan di atas kapal ini sudah mereka kuasai. Ruang kemudi, ruang mesin, dapur, sampai toiletpun na kuasai Tetta.


TETTA : Bahkan sampai toilet nakuasai. Buagang palili. Apakah mereka bersenjata Baso.


BASO : Tidakji Tetta, mereka belum menguasai langsung. Yang bekerja masih orang-orang kapalji Tetta, tapi mereka sudah berada di bawah kendali para perompak. Kalau berani melawan, langsung dibuang ke laut aja Tetta.


TETTA : Oh Karaeng, kajariang tojengmi. Terbukti sudah, ucapan yang pernah disampaikan oleh orang yang membangun kapal ini, bahwa kapal ini akan di ronrong dan diguncang oleh para penumpangnya sendiri. Inimi yang terjadi Baso.


BASSE 2 : Subhanallah, jari lakemae maki Anne Tetta.


TETTA : Kita tidak akan kemana-mana Baso, kita akan tetap berada di atas kapal ini, sehebat apapun guncangan yang terjadi. Sekali layar terkembang, pantang biduk Surut ke pantai.


BASO : Tapi situasi sudah kritis Tetta.


TETTA : Tawakkal Ilallah Baso, dibalik ke burukan pasti ada kebaikan, dan dibalik kejahatan pasti ada kebenaran. Jadi percayalah Baso, para perompak itu mungkin bisa mengendalikan kapal ini lewat para penghianat, tapi mereka tidak akan mampu menghalau semangat para kesatria yang akan  mempertahankan agar kapal ini tetap tegak berlayar di jalur kebenarannya. Teako simpung Baso.


(Basse 1 &  Nandong, pun bergegas masuk)


NANDONG : Tetta, ternyata bukan cuma kita yang menghendaki nakhoda kapal ini diganti.


BASSE 1 : Hampir semua penumpang di atas kapal ini mau, agar sang Nakhoda segera diganti.


NANDONG : Iya Tetta, karena rupanya nakhoda kapal ini, sudah lama lumpuh dan hanya bisa duduk manis diatas kursi rodanya Tetta. Sisa matanya yang melotot ke sana kemari melihat kesemrawutan yang terjadi tanpa bisa berbuat apa-apa.


BASSE 1 : Sekarang kapal diam-diam sudah dikendalikan oleh para muallim yang tampangnya seperti kawan, tapi ternyata penghianat dan bajingan tengik yang akan menghancukan kapal ini.


NANDONG : Para muallim yang mungkin terlahir dari orang-orang tua yang dulunya mungkin juga adalah penghianat mata-mata kompeni. Buntala Karisa 


BASSE 2 : Makanya, sang Nakhoda lumpuh itu harus segera diganti Tetta.


TETTA : Lalu siapa yang akan menggantikannya.


BASSE 1 : Kami para penumpang setia kapal ini sudah menemukan Nakhoda pengganti Tetta.


NANDONG : Benar Tetta, kita akan mengantar bersama-sama sang Nakhoda baru ini, ke ruang kemudi, agar kapal bisa kembali tegak, berjalan lurus dijalur kebenarannya.


TETTA : Lalu siapa nakhoda baru yang kalian maksudkan.


(Baso, Basse, Nandong ke arah penonton) 

: Penonton …. Siapa yah ….


Musik : pui-pui pakkanjara, disusul munculnya rombongan vokal group menyanyikan lagu :


Disana Anis Disini Anis

Dimana-mana Anis Baswedan

Di Utara Anis Di Selatan Anis

Di Timur Barat Anis Baswedan

La..la…la…la….la….

La..la…la….la….la…

ABW Siapa yang punya

ABW Siapa yang punya

ABW Siapa yang punya

Yang punya kita semua.


……………. terima kasih ……………..

Posting Komentar untuk "Naskah Teater Mencari Nakhoda"



"/>